❀ Kesungguhan & Berusaha Dalam Memahami Ilmu ❀
بسم الله الرحمن الرحيم
Kesungguhan merupakan syarat mutlak seorang penuntut ilmu. Kalo kita tidak sungguh-sungguh kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Hal yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu adalah ilmu dan pemahaman. Nikmat yang terbesar yang kita peroleh setelah nikmat Islam adalah nikmat ilmu dan pemahaman..
Alloh 'azzawajalla berfirman dalam surat An-Nisa:113:
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.”
Ibnul Qayyim dalam Miftah Darussa'adah mengatakan bahwa nikmat ilmu adalah nikmat yang paling besar, sebab ilmu itu adalah nur, cahaya dan hidayah. Yang dapat menjauhkan kita dari syirik, bid'ah dan maksiyat. Maka siapa yang mendapat ilmu, berarti dia telah mendapatkan hidayah.
Setelah berilmu, kita harus paham. Ibnul qayyim dalam kitabnya I'lamul Muwaqi'in menyebutkan bahwa nikmat pemahaman adalah nikmat yang paling besar, betapa banyak orang yang menuntut ilmu tetapi tidak pernah paham. Jika seorang telah paham akan ilmunya, pertanda bahwa Alloh 'azzawajalla telah menghendaki kebaikan bagi dia.
Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Muawiyah radhiallahu'anhu yang berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
”Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya paham dalam agamanya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan, bahwa barangsiapa tidak dikondisikan Allah Ta'ala mengerti agama, maka Allah tidak menghendaki kebaikan padanya, barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah maka Dia membuatnya memahami agama. Tapi, jika yang dimaksud dengan pemahaman adalah ilmu semata, itu tidak menunjukkan bahwa orang yang telah memahami agama berarti telah dikehendaki baik oleh Allah, karena pemahaman menuntut munculnya keinginan untuk berbuat baik (Buah Ilmu, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah).
Berkata Al Imam Asy Syafi'i rahimahullahu dalam sebuah syairnya:
Wahai saudaraku, kalian tidak akan mungkin mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara, saya akan kabarkan dengan terperinci beserta penjelasannya: Kepintaran, semangat, kesungguhan, kecukupan materi (ada uang untuk membeli kitab atau sarana belajar walaupun sedikit), dengan guru, dan panjangnya masa dalam menuntut ilmu."
Manusia memiliki segala keterbatasan, karena itu Rasulullah shalallohu'alaihi wasallam menyuruh kita untuk mencatat ilmu yang didapat: “ikatlah ilmu dengan tulisan”(Imam Ibnu 'Abdil-Barr di dalam kitabnya Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlihi). Hal ini juga merupakan adab bagi seorang penuntut ilmu, selain juga harus tenang, memperhatikan dan berusaha memahami apa yang disampaikan guru.
Selain itu kita harus berguru kepada orang-orang yang tahu benar akan pemahaman Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman Salaful ummah.
Imam Abdullah bin Al-Mubarak meriwayatkan dengan sanadnya dari Abi Umayyah Al-Jamhi Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat itu ada tiga, salah satunya ialah akan dituntutnya ilmu dari Al-Ashaghir (orang-orang kecil)” [Kitab Az-Zuhud karya Ibnul Mubarak, halaman 20-21, hadits no. 61 dengan tahqiq Habibur Rahman Al-A'zhami, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Al-Albani berkata, Sahih. Periksa : Shahih Al-Jami'ush-Shaghir 2 : 243, hadits no. 2203. Dan Al-Hafizd Ibnu Hajar menjadikannya syahid dalam Fathul Bari 1/ 143]
Imam Abdullah bin Al-Mubarak ditanya tentang Al-Ashagir (orang-orang kecil) itu, lalu beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang berkata menurut pendapatnya sendiri saja (tanpa mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul), adapun anak muda yang orang-orang tua meriwayatkan darinya bukanlah yang dimaksud dengan shagir (kecil)”. Dan beliau berkata juga “Ilmu datang kepada mereka dari orang-orang kecil (rendah) mereka, yakni ahli bid'ah.” [Hasyiyah Kitab Az-Zuhud, hal.31, dengan tahqiq dan ta'liq Habibur Rahman Al-A'zhami]
Muhammad Ibnu sirin rahimahullah mengatakan “Ilmu ini adalah agama, maka hendaklah kamu lihat kepada siapa kamu belajar”. Islam ini agama rahmah, jangan berlebih-lebihan… hendaklah saling menasihati di antara penuntut ilmu dengan cara yang lemah lembut.
Menuntut ilmu syar'i merupakan barometer ketaqwaan kita kepada Alloh 'azzawajalla, semakin banyak ilmu maka semakin takut dia kepada Alloh.
Alloh ta'aala berfirman:
إِنَّما يَخشَى اللَّهَ مِن عِبادِهِ العُلَمٰؤُا۟
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Fatir:28)
Maka dari itu, marilah kita menjadi seorang ulama yang dengannya menjadikan kita semakin bertaqwa dan semakin takut akan adzab Alloh 'azzawajalla.
Imam Ahmad bin hambal mengatakan “Ilmu itu adalah takut kepada Alloh”.
***
(Beberapa faedah dari salah satu dauroh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di Qatar - Nasihat Bagi Penuntut Ilmu)
www.assunnah-qatar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar